Sunday 5 December 2010

PERIODE ANGKATAN ’45 (1940-1955)

PERIODE ANGKATAN ’45 (1940-1955)


3.1 Sejarah Lahirnya Angkatan ‘45
Jika diruntut berdasarkan periodesasinya, sastra Indonesia Angkatan ‘45 bisa
dikatakan sebagai angkatan ketiga dalam lingkup sastra baru Indonesia, setelah angkatan
Balai Pustaka dan angkatan Pujangga Baru. Munculnya karya-karya sastra Angkatan ‘45
yang dipelopori oleh Chairil Anwar ini memberi warna baru pada khazanah kesusastraan
Indonesia. Bahkan ada orang yang berpendapat bahwa sastra Indonesia baru lahir dengan
adanya karya-karya Chairil Anwar, sedangkan karya-karya pengarang terdahulu seperti Amir
Hamzah, Sanusi Pane, St.Takdir Alisjahbana, dan lain-lainnya dianggap sebagai karya sastra
Melayu.
Pada mulanya angkatan ini disebut dengan berbagai nama, ada yang menyebut
Angkatan Sesudah Perang, Angkatan Chairil Anwar, Angkatan Kemerdekaan, dan lain-lain.
Baru pada tahun 1948, Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan nama Angkatan ‘45.
Nama ini segera menjadi populer dan dipergunakan oleh semua pihak sebagai nama resmi.
Meskipun namanya sudah ada, tetapi sendi-sendi dan landasan ideal angkatan ini
belum dirumuskan. Baru pada tahun 1950 “Surat Kepercayaan Gelanggang” dibuat dan
diumumkan. Ketika itu Chairil Anwar sudah meninggal. Surat kepecayaan itu ialah semacam
pernyataan sikap yang menjadi dasar pegangan perkumpulan “Selayang Seniman Merdeka”.
Masa Chairil Anwar masih hidup.
Angkatan ‘45 lebih realistik dibandingkan dengan Angkatan Pujangga Baru yang
romantik idealistik. Semangat patriotik yang ada pada sebagian besar sastrawan Angkatan ‘45
tercermin dari sebagian besar karya-karya yang dihasilkan oleh parasastrawan tersebut.
Beberapa karya Angkatan ‘45 ini mencerminkan perjuangan menuntut kemerdekaan. Banyak
pula di antaranya yang selalu mendapatkan kecaman, di antaranya Pramoedya Ananta Toer.
Pramoedya dengan keprofesionalannya masih eksis menghasilkan karya-karya terutama
mengenai perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. Bahkan sampai saat ini karya-karya
Pramoedya masih digandrungi khususnya oleh penikmat sastra.
Sebegitu banyak orang yang memproklamasikan kelahiran dan membela hak
hidup Angkatan ‘45, sebanyak itu pulalah yang menentangnya. Armijn Pane berpendapat
bahwa Angkatan ‘45 ini hanyalah lanjutan belaka dari apa yang sudah dirintis oleh angkatan
sebelumnya, yaitu Angkatan Pujangga Baru. Sutan Takdir Alisyahbana pun berpendapat
demikian.
15
3.2 Beberapa Pendapat Tentang Angkatan ‘45
1. Armijn Pane
Pujangga Baru menentang adanya Angkatan ‘45 dan menganggap bahwa tak ada yang
disebut Angkatan ‘45.
2. Sutan Takdir Alisyahbana
Angkatan ‘45 merupakan sambungan dari Pujangga Baru.
3. Teeuw
Memang berbeda Angkatan ‘45 dengan Angkatan Pujangga Baru, tetapi ada garis
penghubung, misalnya Armijn Pane dengan Belenggu-nya. (puncak-puncak kesusastraan
Indonesia).
4. Pendapat Angkatan ‘45
a. Sitor Situmorang
- Pujangga Baru masih terikat oleh zamannya, yaitu zaman penjajahan, sedangkan
Angkatan ‘45 dalam soal kebudayaan tidak membedakan antara Barat dan Timur,
tetapi yang penting hakikat manusia.
- Perjuangan Pujangga Baru baru mencapai kepastian dan ilmu pengetahuan
b. Pramoedya Ananta Toer
- Angkatan Pujangga Baru banyak ilmu pengetahuannya tetapi tidak banyak
mempunyai penghidupan (pengalaman).
- Angkatan ‘45 kurang dalam ilmu pengetahuan (karena perang) tetapi sadar akan
kehidupan.
3.3 Karakteristik Karya Angkatan ‘45
a. Bercorak lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantikidealistik.
b. Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya mewarnai karya sastrawan
Angkatan ’45.
c. Bahasanya lugas, hidup dan berjiwa serta bernilai sastra.
d. Sastrawannya lebih berjiwa patriotik.
e. Bergaya ekspresi dan revolusioner (H.B.Yassin).
f. Bertujuan universal nasionalis.
g. Bersifat praktis.
h. Sikap sastrawannya “tidak berteriak tetapi melaksanakan”
16
3.4 Angkatan ‘45 dan Karyanya
1. Chairil Anwar
Chairil Anwar lahir di Medan, 22 Juli 1922. Sekolahnya hanya sampai MULO
(SMP) dan itu pun tidak tamat. Kemudian ia pindah ke Jakarta. Ia merupakan orang yang
banyak membaca dan belajar sendiri, sehingga tulisan-tulisannya matang dan padat berisi.
Chairil Anwar berusaha memperbarui penulisan puisi. Puisi yang diubahnya berbentuk
bebas, sehingga disebut puisi bebas. Ia diakui sebagai pelopor Angkatan ‘45 di bidang
puisi. Hasil karyanya mengutamakan isi, sedangkan bahasa hanya dianggap sebagai alat
untuk mencapai isi.
Chairil Anwar termasuk penyair yang penuh vitalitas (semangat hidup yang
menyala-nyala) dan individualistis (kuat rasa akunya). Puisi gubahannya berirama keras
(bersemangat), tetapi ada juga yang bernafas ketuhanan seperti “Isa” dan “Do’a”.
Karya-karya Chairil Anwar antara lain:
Buah penanya :
a. Deru Campur Debu (kumpulan puisi)
b. Tiga Menguak Takdir (kumpulan puisi karya bersama Rivai Apin dan Asrul Sani)
c. Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus (kumpulan puisi)
d. Pulanglah Dia Si Anak Hilang (terjemahan dari karya Andre Gide)
e. Kena Gempur (terjemahan dari karya Steinbeck)
2. Asrul Sani
Asrul Sani lahir di Rao, Sumatera Barat, 10 Juni 1926. Ia seorang dokter hewan.
Pernah memimpin majalah Gema dan harian Suara Bogor. Tulisannya berpegang pada
moral dan keluhuran jiwa. Asrul Sani adalah seorang sarjana kedokteran hewan, yang
kemudian menjadi direktur Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) dan menjadi
ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI), juga pernah
duduk sebagai anggota DPRGR/MPRS wakil seniman. Asrul Sani juga dikenal sebagai
penulis skenario film hingga sekarang.
Karya-karya Asrul Sani antara lain:
a. Sahabat Saya Cordiaz (cerpen)
b. Bola Lampu (cerpen)
c. Anak Laut (sajak)
d. On Test (sajak)
e. Surat dari Ibu (sajak)
17
3. Sitor Situmorang
Lahir di Tapanuli Utara, 21 Oktober 1924. Ia cukup lama bermukim di Prancis.
Sitor juga diakui sebagai kritikus sastra Indonesia. Karya-karya Sitor Situmorang antara
lain:
a. Surat Kertas Hijau (1954)
b. Jalan Mutiara (kumpulan drama)
c. Dalam Sajak (1955)
d. Wajah Tak Bernama (1956)
e. Zaman Baru (kumpulan sajak)
f. Pertempuran dan Salju di Paris
g. Peta Pelajaran (1976)
h. Dinding Waktu (1976)
i. Angin Danau (1982)
j. Danau Toba (1982)
4. Idrus
Lahir di Padang, 21 September 1921. Idrus dianggap sebagai salah seorang tokoh
pelopor Angkatan ‘45 di bidang prosa, walaupun ia selalu menolak penamaan itu.
Karyanya bersifat realis-naturalis (berdasarkan kenyataan dalam alam kehidupan) dengan
sindiran tajam. Karya-karyanya antara lain:
a. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (novel)
b. A K I (novel)
c. Hikayat Puteri Penelope (novel, terjemahan)
d. Anak Buta (cerpen)
e. Perempuan dan Kebangsaan
f. Jibaku Aceh (drama)
g. Dokter Bisma (drama)
h. Keluarga Surono ( drama )
i. Kereta Api Baja (terjemahan dari karya Vsevold Iyanov, sastrawan Rusia)
5. Hamzah Fansuri
Dalam karya-karyanya tampak pengaruh dari kakaknya, Amir Hamzah dan R.
Tarogo. Karya-karyanya antara lain:
a. Teropong (cerpen)
b. Bingkai Retak (cerpen)
18
c. Sine Nomine (cerpen)
d. Buku dan Penulis (kritik)
e. Laut (sajak)
f. Pancaran Hidup (sajak)
6. Rivai Apin
Penyair yang seangkatan Chairil Anwar, yang bersama-sama mendirikan
“Gelanggang Seniman Merdeka” ialah Asrul Sani dan Rival Apin. Ketiga penyair itu,
Chairil-Asrul-Rivai, dianggap sebagai trio pembaharu puisi Indonesia, pelopor Angkatan
‘45. Ketiga penyair itu menerbitkan kumpulan sajak bersama, Tiga Menguak Takdir.
Rivai Apin menulis tidak selancar Asrul Sani. Selain menulis sajak, ia pun menulis
cerpen, esai, kritik, skenario film, menerjemahkan, dan lain-lain. Tahun 1954 ia sempat
mengejutkan kawan-kawannya, ketika keluar dari redaksi Gelanggang dan beberapa
waktu kemudian ia masuk ke lingkungan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), serta
beberapa waktu sempat memimpin majalah kebudayaan Zaman Baru yang menjadi organ
kebudayaan PKI. Setelah terjadi G 30 S/PKI, Rivai termasuk tokoh Lekra yang karyakaryanya
dilarang.
7. Achdiat Karta Mihardja
Ia menguasai ilmu politik, tasawuf, filsafat, dan kemasyarakatan. Pernah
menjadi staf Kedubes RI di Canberra, Australia. Karya-karyanya antara lain:
a. Atheis (roman)
b. Bentrokan Dalam Asmara (drama).
c. Polemik Kebudayaan (esai)
d. Keretakan dan Ketegangan (kumpulan cerpen)
e. Kesan dan Kenangan (kumpulan cerpen)
8. Pramoedya Ananta Toer
Lahir di Blora, 2 Februari 1925. Meskipun sudah mulai mengarang sejak jaman
Jepang dan pada awal revolusi telah menerbitkan buku Kranji dan Bekasi Jatuh (1947),
namun baru menarik perhatian dunia sastra Indonesia pada tahun 1949, yaitu ketika
cerpennya Blora, yang ditulis dalam penjara diumumkan, serta ketika romannya
Perburuan (1950) mendapat hadiah sayembara mengarang yang diselenggarakan oleh
Balai Pustaka. Karya-karyanya antara lain:
19
a. Bukan Pasar Malam (1951)
b. Di Tepi Kali Bekasi (1951)
c. Gadis Pantai Keluarga Gerilja (1951)
d. Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
e. Perburuan (1950)
f. Tjerita dari Blora (1963)
9. Mukhtar Lubis
Lahir di Padang, 7 Maret 1922. Sejak jaman Jepang ia sudah bekerja di bidang
penerangan. Idenya bersifat kritik-demokrasi-konstruktif (membangun). Di bidang
kewartawanan ia pernah mendapat hadiah Ramon Magsay-say dari Filipina. Karyanya
banyak menggambarkan perjuangan pada masa revolusi, terutama aksi polisional
Belanda.
Karya-karyanya antara lain:
a. Tak Ada Esok (roman)
b. Jalan Tak Ada Ujung (roman jiwa)
c. Tanah Gersang (novel)
d. Si Jamal (cerpen)
e. Perempuan (cerpen)
f. Kisah dari Eropah (terjemahan)
g. Manusia Indonesia
h. Maut dan Cinta (novel)
i. Penyamun Dalam Rimba (novel)
10. Utuy Tatang Sontani
Pada saat-saat pertama Jepang menginjakan kaki di bumi Indonesia, pengarang
kelahiran Cianjur tahun 1920 ini, telah mulai menulis beberapa buah buku dalam bahasa
Sunda, di antaranya sebuah roman yang berjudul Tambera (1943). Karya-karyanya antara
lain:
a. Suling (1948)
b. Bunga Rumah Makan (1948)
c. Awal dan Mira (1952)
d. Manusia Iseng
e. Sayang Ada Orang Lain
f. Di Langit Ada Bintang
20
g. Saat yang Genting
h. Selamat Jalan Anak Kufur
11. Usmar Ismail
Selain dikenal sebagai sastrawan, Usmar Ismail juga dikenal sebagai sutradara
film. Tahun 1950 ia mendirikan Perfini. Karyanya bernafas ketuhanan sejalan dengan
pendapatnya bahwa seni harus mengabdi kepada kepentingan nusa, bangsa, dan agama.
Karya-karyanya antara lain:
a. Permintaan Terakhir (cerpen)
b. Asokamala Dewi (cerpen)
c. Puntung Berasap (kumpulan puisi)
d. Sedih dan Gembira (kumpulan drama yang terdiri atas: “Citra”, “Api”, dan “Liburan
Seniman”)
e. Mutiara dari Nusa Laut (drama)
f. Tempat Yang Kosong
g. Mekar Melati
h. Pesanku (sandiwara radio)
i. Ayahku Pulang (saudara dari cerita Jepang)
12. El Hakim
El Hakim merupakan nama samaran dari Dr. Abu Hanifah. Karyanya bernuansa
ketuhanan dan kesusilaan. Di bidang kebudayaan ia berpendapat bahwa Timur yang
idealis harus berkombinasi dengan Barat, tanpa menghilangkan ketimurannya.
Karya-karyanya antara lain:
a. Taufan di Atas Asia (kumpulan)
b. Dokter Rimbu (roman)
c. Kita Berjuang
d. Soal Agama Dalam Negara Modern
13. Maria Amin
Hasil karya pengarang wanita ini bercorak simbolik. Karyany-karyanya antara
lain:
a. Tinjaulah Dunia Sana
b. Penuh Rahasia ( puisi )
c. Kapal Udara ( puisi )
21
14. Rosihan Anwar
Rosihan Anwar dikenal juga sebagai jurnalis (wartawan). Banyak tulisannya
tentang tanggapan sosial, yaitu mengupas masalah yang timbul dalam kehidupan. Ia
pernah memimpin harian Merdeka Asia Raya dan Mingguan Siasat. Karya-karyanya
antara lain:
a. Radio Masyarakat (cerpen)
b. Raja Kecil, Bajak Laut di Selat Malaka (roman)
c. Manusia Baru (sajak)
d. Lukisan (sajak)
e. Seruan Nafas (sajak)
15. Waluyati
Dalam Angkatan ‘45 ada seorang penyair wanita bernama Waluyati yang lahir
di Sukabumi, 1924. Puisi-puisinya dimuat dalam Pujani (1951), Gema tanah Air (H.B.
Jassin, 1975), dan Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (Toeti Heraty, 1979). Karya-karyanya
antara lain:
a. Berpisah
b. Siapa?
3.5 Fenomena Karya Angkatan ‘‘45
Dalam menuangkan karyanya, Chairail Anwar menggunakan bahasa Indonesia
yang terbebas dari pola bahasa Melayu. Ia menciptakan bahasa yang lebih demokratis.
Sebagai contoh, ia tidak lagi menyatakan “beta” seperti dalam puisi salah satu penyair
Pujangga Baru, tetapi menyebut dirinya “aku”. Hal ini dapat kita lihat dalam sajak Aku yang
benar-benar bercorak baru. Meski puisinya banyak diilhami puisi asing, namun puisi-puisinya
memiliki gaya khas yang hanya dimiliki oleh Chairil Anwar.



http://file.upi.edu/Direktori/C%20-%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BAHASA%20DAERAH/AGUS%20SUHERMAN/Handout%20Sastra%20Indonesia.pdf

No comments: